*KERUDUNG NENEK*
Saat saya masih SD, yang sering mendatangi pengajian adalah para nenek. Tidak ada remaja putra atau putri yang mendatangi pengajian. Orang-orang yang memakai kerudung juga para nenek dan perempuan yang sudah berhaji sedangkan.para remaja putri tidak ada yang berkerudung. Para nenek biasanya memakai kerudung seperti selendang yang menutupi kepala, sedangkan dua ujungnya dibiarkan berjuntai ke depan. Ada pula yang dua ujungnya disampirkan di pundaknya sehingga dua ujungnya menjuntai ke belakang. Kebiasaan berkerudung para nenek di kampung halaman saya sampai saat ini masih tetap seperti itu.
Pada zaman itu anak-anak tingkat SD mengaji Kitab Turutan. Kitab Turutan adalah salah satu buku atau kitab untuk belajar membaca Alquran dengan cara mengeja _Alif Fathah a Alif kasrah i Alif dhammah u, a – i -u . Setelah anak mampu membaca Alquran maka selesailah kegiatan mengaji. Tidak ada pembekalan kepada para remaja putra dan putri tentang akhlak kepada orang tua, teman, atau pun akhlaq kepada tetangga. Tidak ada pula pengajian tentang adab pergaulan antara lawan jenis.
Pada era digital ini saya cukup bergembira karena selain anak-anak mengaji agar dapat membaca Alquran para remaja putra dan putri juga mendatangi majelis taklim untuk belajar tentang adab-adab pergaulan serta ilmu-ilmu agama yang lain. Selain bergembira, saya juga tersenyum melihat penampilan para remaja putri. Model kerudung nenek saat saya kecil saat ini ditiru oleh para remaja putri. Para mahasiswi saat berkuliah pun, berkerudung seperti kerudung nenek saya dulu. Yach, namanya _wolak waliking jaman,_ segala sesuatu dapat saja terjadi. Sesuatu yang dulu dianggap tabu sekarang menjadi lucu atau menjadi hal biasa, bahkan menjadi trend dan sebaliknya.
Di dalam buku _Pisowanan Alit_ karya Herman Sinung Janutama ditulis bahwa pada jaman dulu yang menjadi.pemimpin adalah orang yang dipercaya oleh rakyat. Dipercaya dapat menjamiin kemakmuran serta keselamatan dunia akhirat, namun pada jaman ini semua berhak menjadi pemimpin. Hanya dengan modal ketenaran dan banyak yang memilih seseorang dapat menjadi pemimpin. Pada jaman ini orang memilih bukan karena rasa percaya, tetapi boleh jadi karena faktor lain. Di dalam buku Pisowanan Alit juga ditulis bahwa para pemimpin jaman dahulu menjaga keharmonisan hubungan rakyat yang dipimpinnya dengan alam dan dengan Penciptanya.
Para pemimpin jaman dulu adalah para pemangku jagat alam raya, menjaga kestabilan jagat raya sehingga bumi tidak _gonjang ganjing._ Cita-cita luhur tersebut tersirat pada gelar-gelar pemimpin jaman dulu seperti Paku Alam, Hamengku Buwono, Mangkunegoro, Amangkurat, dan gelar-gelar raja jaman dulu yang memiliki makna cita-cita yang sangat luhur.
Karena _wolak-waliking jaman_ juga kita pun terpaksa kecewa menerima kenyataan yang ada. Orang -orang yang jujur, amanah, trampil, dan pandai berada di belakang, sementara orang-orang dengan karakter sebaliknya justru berada di depan. Meskipun kecewa kadang kita pun terpaksa tertawa karena hidup di dunia ini menjadi seperti dhagelan, lelucon, atau senda gurau.
Kecewa, tertawa, setuju atau tidak setuju faktanya keadaan jaman memang seperti ini dan memang harus terjadi, seperti sabda Kanjeng Nabi Muhammad saw.
Beliau bersabda bahwa jaman dibagi lima. Jaman yang pertama adalah jaman Nubuwah, jaman ini dimulai sejak Nabi Adam a.s. sampai Nabi Muhammad Saw. Jaman yang kedua adalah Khilafah Satu yaitu jaman di bawah kepemimpinan para _Khulafaur Rasyidin_ yaitu Khalifah Abu Bakar, Umar bin Khatab, Usman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib.
Jaman yang ketiga adalah jaman Al Mulk. Jaman ini berakhir dengan keruntuhan Kekhalifahan Turki Ustmani di Turki pada tanggsl 3 Oktober 1924. Pada jaman Al.Mulk Indonesia berbentuk kerajaan. Ada kerajaan Singosari, Kerajaan Sriwijaya, Kerajasn Majapahit, dan kerajaan – kerajaan lain. Saat ini kita berada pada jaman keempat yaitu Jaman Jababiro. Sebuah jaman yang di kalangan orang Jawa disebut Jaman edan. Kemaksiyatan dan kejahatan terjadi di depan mata hampir setiap detik putaran waktu. Orang-orang dengan karakter tidak baik dipuja, dipuji, dan dijadikan panutan, sementara orang-orang dengan karakter baik terpinggirkan.
Meskipun kehidupan dunia ini.dhagelan, lelucon, dan senda gurau, namun sebaiknya kita tidak.usah ikut ndhagel, ikut bersenda gurau. Meskipun ada ungkapan iki jaman edan yen ora ngedan ora keduman ( Ini adalah jaman gila kalau tidak ikut menggila tidak.kebagian) sebaiknya kita tetep waras. Berjalan meniti kehidupan sebagaimana kehendak Sang Pencipta lebih mulia kita lakukan. Menjalani kehidupan di jaman jababiro sesuai tuntunan Kanjeng Nabi Muhammad Saw adalah perilaku terpuji. Semoga kita termasuk.yang berperan aktif untuk mengubah jaman keempat menjadi jaman kelima yaitu jaman Kekhalifahan Dua. Kata Kanjeng Nabi kondisi jaman ini adalah rakyat hidup makmur, aman, tentram, dan damai.
———
Tri Mulyani
Boyolali, 14 November 2024