*DARAH MUDA*
Ini adalah sebuah cerita tentang darah muda, tetapi bukan darah muda dalam lagunya Raja Dangdut Rhoma Irama. Darah muda dalam lagunya Rhoma IRama adalah remaja yang merasa gagah, tidak mau mengalah, dan jika berpikir hanya sekali saja tanpa memikirkan akibatnya.
Darah muda dalam cerita ini adalah 4 anak muda berusia 20 dan 21 tahun yang sangat bertanggung jawab dengan yang dilakukannya. Mendaki Gunung Slamet, Kabupaten Purbalingga, telah direncanaksn jauh hari sebelum libur semester. Empat anak muda ini adalah mahasiswa dari Perguruan Tinggi yang berbeda. Mereka saling mengenal di group WA pendaki Jawa Tengah.
Pengalaman mendaki mereka berbeda-beda. Ada yang sudah cukup berpengalaman, namun ada yang masih pemula. Untuk membiayai kesenangan mereka summit di beberapa gunung, di sela-sela waktu kuliah, tiga dari empat anak muda ini bekerja. Ada yang mengajar di sebuah lembaga bimbel, ada yang bekerja di warung soto terkenal di Boyolali, dan ada pula yang bekerja di sebuah restoran.
Mendekati libur semester, rencana dimatangkan. Rencana semula mereka akan menaik kereta api dari Solo sampai Purbalingga. Setelah berembug via WA, mereka memutuskan menaik motor agar lebih efektif. Jika menaik kereta, dari stasiun Purbalingga mereka masih harus menyewa transportasi untuk menuju basecamp.
Empat anak muda ini adalah penduduk Karanganyar, Boyolali, dan Salatiga. Titik kumpul tiga anak muda saat keberangkatan adalah rumah salah satu dari mereka di Boyolali Kota. Mereka berangkat dari Boyolali pada hari Minggu pukul 11.00 WIB, sampai di kota Temanggung mereka berhenti sebentar menunggu salah satu teman yang bertinggal di Salatiga.
Dengan 3 kendaraan bermotor mereka melaju menuju Purbalingga. Selama perjalanan mereka hanya beristirahat dua kali. Sampai di basecamp Gunung Slamet pukul 19.00 WIB. Setelah beristirahat sejenak, melakukan registrasi, kemudian mereka tidur. Mereka bangun pukul 04.00 pada hari Senin. Pukul 07.00 WIB mereka memulai perjalanan menuju puncak Gunung Slamet.
Pukul 17.00 WIB mereka sampai di pos 7. Di sinilah mereka mendiriksn tenda untuk bermalam dan meletakkan semua perbekalan. Pukul 03.00 hari Selasa mereka sudah bangun dan memasak untuk sarapan. Pukul 04.00 WIB mereka sholat shubuh kemudian menuju puncak.
Saat melihat medan yang sangat terjal dan tidak ada satu pun vegetasi yang bertumbuh di sana, salah satu dari.mereka hampir menyerah, tidak berani sampai puncak. Berkat motivasi dari tiga temannya akhirnya dia berani melanjutkan summit. Pukul 06.15 WIB mereka dapat mencapai puncak gunung yang sering dijuluki sebagai atapnya Jawa Tengah ini.
Setelah puas menikmati pemandangan di puncak, mereka turun menuju pos 7. Karena salah satu dari mereka ada yang kakinya terkilir, perjalanan sampai di pos 7 menjadi lebih lama, sekitar 2 jam, sedangkan jika tidak ada kendala dapat ditempuh selama 1 jam. Sampai di pos 7, mereka memasak untuk makan siang, dilanjut beberes dan bongkar tenda. Pukul 10.00 WIB mereka meninggalkan pos 7 menuju basecamp.
Sampai di basecamp pukul 13.30, di sini mereka mandi dan sholat ashar. Pukul 15.00 mereka meninggalkan basecamp untuk pulang. Dalam perjalanan pulang mereka hanya beristirahat satu kali yaitu di Wonosobo, saat itu waktu sudah maghrib. Setelah makan di sebuah warung makan, mereka melanjutkan perjalanan. Sampai di titik kumpul pukul 22.00 WIB, sedangkan 1 anak muda yang bertinggal di Salatiga, telah berpisah di Banjarnegara.
————
Tri Mulyani
Boyolali, 5 Agustus 2023
16 Muharam 1445
*DARAH MUDA*
Ini adalah sebuah cerita tentang darah muda, tetapi bukan darah muda dalam lagunya Raja Dangdut Rhoma Irama. Darah muda dalam lagunya Rhoma IRama adalah remaja yang merasa gagah, tidak mau mengalah, dan jika berpikir hanya sekali saja tanpa memikirkan akibatnya.
Darah muda dalam cerita ini adalah 4 anak muda berusia 20 dan 21 tahun yang sangat bertanggung jawab dengan yang dilakukannya. Mendaki Gunung Slamet, Kabupaten Purbalingga, telah direncanaksn jauh hari sebelum libur semester. Empat anak muda ini adalah mahasiswa dari Perguruan Tinggi yang berbeda. Mereka saling mengenal di group WA pendaki Jawa Tengah.
Pengalaman mendaki mereka berbeda-beda. Ada yang sudah cukup berpengalaman, namun ada yang masih pemula. Untuk membiayai kesenangan mereka summit di beberapa gunung, di sela-sela waktu kuliah, tiga dari empat anak muda ini bekerja. Ada yang mengajar di sebuah lembaga bimbel, ada yang bekerja di warung soto terkenal di Boyolali, dan ada pula yang bekerja di sebuah restoran.
Mendekati libur semester, rencana dimatangkan. Rencana semula mereka akan menaik kereta api dari Solo sampai Purbalingga. Setelah berembug via WA, mereka memutuskan menaik motor agar lebih efektif. Jika menaik kereta, dari stasiun Purbalingga mereka masih harus menyewa transportasi untuk menuju basecamp.
Empat anak muda ini adalah penduduk Karanganyar, Boyolali, dan Salatiga. Titik kumpul tiga anak muda saat keberangkatan adalah rumah salah satu dari mereka di Boyolali Kota. Mereka berangkat dari Boyolali pada hari Minggu pukul 11.00 WIB, sampai di kota Temanggung mereka berhenti sebentar menunggu salah satu teman yang bertinggal di Salatiga.
Dengan 3 kendaraan bermotor mereka melaju menuju Purbalingga. Selama perjalanan mereka hanya beristirahat dua kali. Sampai di basecamp Gunung Slamet pukul 19.00 WIB. Setelah beristirahat sejenak, melakukan registrasi, kemudian mereka tidur. Mereka bangun pukul 04.00 pada hari Senin. Pukul 07.00 WIB mereka memulai perjalanan menuju puncak Gunung Slamet.
Pukul 17.00 WIB mereka sampai di pos 7. Di sinilah mereka mendiriksn tenda untuk bermalam dan meletakkan semua perbekalan. Pukul 03.00 hari Selasa mereka sudah bangun dan memasak untuk sarapan. Pukul 04.00 WIB mereka sholat shubuh kemudian menuju puncak.
Saat melihat medan yang sangat terjal dan tidak ada satu pun vegetasi yang bertumbuh di sana, salah satu dari.mereka hampir menyerah, tidak berani sampai puncak. Berkat motivasi dari tiga temannya akhirnya dia berani melanjutkan summit. Pukul 06.15 WIB mereka dapat mencapai puncak gunung yang sering dijuluki sebagai atapnya Jawa Tengah ini.
Setelah puas menikmati pemandangan di puncak, mereka turun menuju pos 7. Karena salah satu dari mereka ada yang kakinya terkilir, perjalanan sampai di pos 7 menjadi lebih lama, sekitar 2 jam, sedangkan jika tidak ada kendala dapat ditempuh selama 1 jam. Sampai di pos 7, mereka memasak untuk makan siang, dilanjut beberes dan bongkar tenda. Pukul 10.00 WIB mereka meninggalkan pos 7 menuju basecamp.
Sampai di basecamp pukul 13.30, di sini mereka mandi dan sholat ashar. Pukul 15.00 mereka meninggalkan basecamp untuk pulang. Dalam perjalanan pulang mereka hanya beristirahat satu kali yaitu di Wonosobo, saat itu waktu sudah maghrib. Setelah makan di sebuah warung makan, mereka melanjutkan perjalanan. Sampai di titik kumpul pukul 22.00 WIB, sedangkan 1 anak muda yang bertinggal di Salatiga, telah berpisah di Banjarnegara.
————
Tri Mulyani
Boyolali, 5 Agustus 2023
16 Muharam 1445