Sepeda seperti pada gambar ini pernah menjadi primadona pada jamannya. Tidak semua orang dapat membeli sepeda dengan merk Gazelle ini. Sebuah merk sepeda buatan Jerman yang berharga mahal pada jamannya. Gazelle sendiri dalam bahasa indonesia bermakna kijang atau rusa. Pabrik sepeda ingin membangun image konsumen bahwa sepeda merk Gazelle memiliki kecepatan seperti kijang atau rusa saat berlari. Sekarang sepeda ini tidak lagi digunakan sebagai alat transportasi, namun dimiliki dan dinaiki hanya sekedar sebagai hobi.
Hanya segelintir orang yang masih menggunakannya sebagai alat transportasi. Salah satunya adalah Mbah Lanjar, tetangga saya. Dia sering menaikinya ke mana pun pergi. Saat menjajakan gendar pecel (salah satu jenis makanan tradisional Jawa) buatan istrinya, saat berkunjung ke rumah temannya. Atau pun sekedar berkeliling kampung untuk mengisi waktu di usianya yang telah senja.
Sekarang sepeda seperti ini menjadi barang antik. Banyak orang berduit yang rela membeli sepeda ini dengan harga mahal. Di Solo Raya, sepeda seperti ini disebut Pit Kebo. Sedangkan di Yogyakarta menurut Dr. Rukiyati Samino, seorang dosen senior di Universitas Negri Yogyakarta , sepeda seperti itu disebut Pit Unto. Demikian juga menurut Dra. Endang Supriati, ketua PDA Kota Pekalongan dua periode , 2010-2015 dan 2025-2020, mengatakan hal yang sama. Di Pekalongan juga disebut Pit Unto.
Sepeda jaman dulu ini ada dua model, ada yang tidak berpalang dan ada yang berpalang. Sepeda yang tidak berpalang biasa dinaiki oleh kaum perempuan. Sehingga pada jaman dulu orang Jawa menyebut Pit Wedok. Sedangkan model sepeda yang memiliki palang memanjang dari bawah sadel sampai setang adalah sepeda untuk kaum laki-laki sehingga orang-orang Jawa menyebut sepeda berpalang ini dengan sebutan Pit Lanang.
Zaman berganti, perkembangan moda transportasi mengalami kemajuan. Sebelum kendaraan bermotor berkembang pesat seperti saat ini, perkembangan transportasi ditandai pula dengan kemunculan berbagai model dan merek sepeda ontel atau sepeda kayuh. Model dan warnanya lebih menarik, dibandingkan dengan model sepeda merk Gazelle. Sepeda merk Gazelle pun mulai ditinggalkan karena tidak dapat bersaing dengan sepeda kayuh keluaran terbaru.
Sepeda merk Gazelle kebanyakan berwarna gelap. Mungkin karena itulah muncul istilah Pit Kebo, sepeda yang warnanya mirip warna kulit kerbau. Pada sepeda merk Gazelle yang tidak berpalang, jarak antara sadel dengan stangnya cukup jauh. Ditambah ada lampu di depan setang. Bentuk ini mirip leher dan kepala unta. Menurut penulis, sebutan pit unto dan pit kebo ini adalah semacam bahan ledekan. Kerbau dan unta adalah analogi moda trsnsportasi jaman dulu.
Ada lagi model sepeda jaman dulu yang disebut sepeda jengki, namun sepeda ini tidak bernasib seperti sepeda Gazelle yang dijuluki Pit Kebo. Sepeda jengki akhirnya tenggelam ditelan oleh kemajuan jaman. Sementara sepeda merk Gazelle, tetap eksis meskipun diledek dengan sebutan Pit Kebo.
Tri Mulyani
Boyolali, 24 Januari 2025
24 Rajab 1446
- ——-
Tri Mulyani
Colomadu, 21 Januari 2025
21 Rajab 1446
Sampai saat ini pit kebo kagungan bapak saya dan sepeda jengki kagungan Kakak saya Rahimahullah, masih saya jaga di Kraksaan Bunda
Alhamdulillah
Menjadi kenangan ya, bu dokter
Masya Allah bu Tri, namaku nyantel disini. Terima kasih
Terimakasih juga, Bu Endang telah berkontribusi sehingga artikel menjadi lebih panjang
Di Lamongan saya hampir tidak pernah dengar istilah pit. Kami hanya menyebut sepeda lanang, sepeda wedok.
Tulisan menarik, Bu Tri.
Di kampung saya sepeda adalah bahasa krama inggil dari pit, tetapi saat ini kata seoeda juga dgunakan saat berbicara ngoko