◽ *MENYAMPAIKAN DATA ILMIAH DENGAN GAYA TULISAN POPULER*

*Retno Kun, IRo Cirebon*
_______________________

Data sehari-hari kita kenal sebagai catatan kumpulan fakta, dapat berupa angka, kata-kata, atau keadaan. Data dapat diperoleh dengan cara pengamatan dan penelitian, atau uji coba. Dalam penelusuran Google, data dianggap sebagai sebuah fakta mentah yang belum diolah. Oleh karenanya data harus disampaikan melalui sebuah sistem yang jelas dan dapat dimengerti oleh umum atau yang membutuhkan sebagai dasar untuk kegiatan atau pekerjaan tertentu.

Melalui program rutine IRo-Society yaitu Kajian Spesial Jum’at Malam (KSJM) ke-189 pada Jum’at 6 Oktober 2023, Prof. Imam Robandi selaku founder IRo-Society mengangkat data sebagai obyek bahasan dengan menghadirkan Prof. Esti Handayani Hardi dari Universitas Mulawarman. Topik KSJM malam itu adalah Populer ‘Menyampaikan Data Ilmiah dengan Gaya Tulisan Populer’. Nama Prof. Esti Handayani sebenarnya bukan nama asing di acara KSJM. Beliau pernah menjadi Moderator pada KSJM tanggal 1 Januari 2021 dan KSJM 11 Juni 2021. Pasti bukan tanpa alasan Prof. Imam menghadirkan kembali Prof. Esti Handayani yang kali ini bertindak sebagai invited speaker. IRo-Society yang basicnya adalah perihal menulis memang angotanya memerlukan ‘kejutan-kejutan’ di waktu tertentu agar tetap bersemangat menulis dan kebiasaan menulis tidak mandeg.

Penyelenggaraan KSJM bukan hal yang sederhana. Persiapan di balik layar acara ini memerlukan personal-personal tangguh sebagai _Organizing Committee_ (OC). Prof. Imam telah melatih kami untuk dapat menghandle acara ini dengan cara menugaskan kami secara bergantian menjadi OC, dan biasanya diinstruksikan dalam jangka waktu pendek. Wow, jika kami membuka grup wa, kemudian tercantum nama kami langsung seperti kompor dinyalakan, memanas dan bergerak tanpa melihat waktu. Haa, tengah malampun tidak digubris yang penting harus cepat bergerak. Alhamdulillah, sampai saat ini KSJM dapat berlangsung lancar, jika terdapat kendala biasanya berupa sinyal yang terkadang kurang bersahabat. Para santri mengakui bahwa dengan belajar menjadi OC di KSJM mereka dapat menyelenggarakan acara-acara di luar komunitas IRo dengan lancar.

Moderator Dr. Prasetiyono Hari Mukti (Dosen Dept. Teknik Elektro ITS) sebelum memandu acara menyilahkan Prof. Imam Robandi sebagai Keynote Speaker menyampaikan pemantik untuk ‘menghangatkan suasana’. Seperti biasa Prof. Imam menyapa yang hadir malam itu dengan sapaan yang menyejukkan. Ibu Mariyam Nurhalimah peserta dari dari Timor Leste yang baru pertama kali bergabung juga sempat disapa. Prof. Suhubdy dari Universitas Mataram, yang tergolong rajin menghadiri KSJM juga tidak luput dari sapaan Prof. Imam. Bahkan beliau langsung ‘ditodong’ untuk menjadi invited speaker pada KSJM pekan depan. Haa, _ketiban sampur_ yang tidak dapat mundur.

Menurut Prof. Imam orang paling pandai mengumpulkan data. Setelah data terkumpul kemudian data tidak diapa-apakan atau tidak diproses maka data tersebut tidak dapat diinformasikan kepada publik. Ibaratkan orang menyiapkan bahan masakan ada bawang, cabe, sayuran, penggorengan dan yang lainnya di dapur kemudian di bingung apa yang dikerjakan terlebih dahulu. Orang yang mengumpulkan data harus dapat mengolah data tersebut, karena data tidak dapat berbicara. Yang dapat berbicara adalah orangnya. Oleh karena itu mengolah data menjadi sesuatu yang sangat penting. Mengumpulkan data adalah lebih mudah dibandingkan mengolah data menjadi tulisan yang indah, agar data menjadi hidup. Untuk itu dibutuhkan subyektivitas penulis. Penulis tidak hanya memikirkan diri sendiri melainkan harus memikirkan orang lain _(Just not thinking about self, but it’s for another peoples)._ Intinya, penulis harus dapat mengubah data yang kaku menjadi tulisan yang indah. Data dapat berupa rekaman kejadian misalnya selama berjalan dari sebuah tempat ke tempat lain. Penulis dapat menceritakan ‘kronologi’ selama dia menempuh perjalanan, yang juga merupakan data. Zaman sekarang ini sangat mudah mengumpulkan data, dengan poto, video, rekaman dan yang lain. Banyak buku-buku yang ditulis berdasarkan data yang ada terasa disertasi, ini disebabkan penulis belum terampil menyajikan data secara bagus dan mudah dipahami oleh publik. Prof. Imam menutup pemantiknya dengan menyampaikan bahwa buku untuk publik berbeda dengan disertasi, sehingga tulisan harus yang apat dinikmati oleh all of peoples.

Prof. Esti Handayani membuka paparannya dengan menyampaikan, mengapa kemudian beliau mulai belajar menulis. Prof. Esti yang telah mengadakan riset di bidangnya (kelautan) sejak tahun 2012 merasa bahwa jurnal-jurnalnya atau semnar-seminarnya jarang sekali atau katakan tidak pernah nyampai kepada sasarannya terutama pemegang kebijakan. Hal ini disebabkan mereka tidak pernah membaca jurnal ilmiah. Dari sini beliau menyadari bahwa jurnal atau hasil seminarnya mungkin tidak mudah untuk dipahami oleh umum. Sejak itu Prof. Esti mulai belajar menulis dari majalah dan sumber lain untuk belajar menulis. Salah satu penulis yang menjadi penyemangatnya adalah Pramoedya Ananta Tour, yang beberapa bukunya telah dibaca oleh Prof. Esti. Kalimat ‘Menulis adalah sebuah keberanian’ yang terdapat pada salah satu buku, menjadi penyemangat untuk Prof. Esti. Ada juga sebuah ungkapan Pramoedya yang membuat Prof.Esti yakn bahwa menulis akan membuat seseorang menjadi dihargai. Ungkapan tersebut adalah : “Tahu kau mengapa aku sayangi kau lebih dari siapapun? Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari”. Setelah itu Prof. Esti mulai menulis tentang bidang kelautan (bioteknologi) dan sudah banyak dipublikasikan melalui media cetak (majalah, koran) untuk publik. Prof. Esti menyampaikan bahwa gelar profesornya yang telah diraih adalah salah satunya karena hasil tulisan-tulisannya.

Menurut Prof. Esti menulis seolah menggiring opini publik. Artikel yang ditulisnya semua adalah hasil riset sehingga dapat dipastikan kebenarannya. Ketika hasil riset ini ditulis dalam bahasa popular maka publik akan lebih mudah memahami dan menerimanya. Ada satu ungkapan bahwa ilmu pengetahuan dapat mengubah dunia jika tidak hanya dibicarakan di lingkungannya saja tetapi disampaikan kepada publik _(“Academics can change the world if they stop talking only to their peers and start talking to public”)._ Prof. Esti menyampaikan kenapa Indonesia rendah menulis salah satunya adalah karena minat membaca yang rendah.

Prof. Esti menampilkan kuadran informasi tentang sesuatu yang dapat ditulis, kuadran-kuadran tersebut berisi informasi yang penting dan menarik, penting dan tidak menarik, tidak penting dan menarik, dantidak penting dan tidak menarik. Keempat kondisi tersebut semua dapat ditulis, tetapi tentu saja akan melahirkan efek yang berbeda. Manfaat menulis disajikan dalam bentuk skema yang berisi bahwa manfaat menulis antara lain adalah menjaga ingatan tetap tajam, meningkatkan imunitas, mengurangi stress, komunikasi permanen, membangun komunikasi positif. Prof. Esti menyampaikan beberapa contoh nyata dari manfaat menulis dari pengalaman beliau sendiri.
Beberapa cara agar tulisan kita termasuk konten online menjadi viral adalah: terdapat rangsangan fisiologis (dapat positif atau negatif), bernilai sosial, memicu kenangan, bernilai guna, dan cerita berkualitas. Orang akan banyak konsentrasi membaca tulisan kita apabila tulisan tersebut menginspirasi, membahagiakan, mengedukasi, memberikan perspektif lain, meningkatkan pengetahuan, dan trendy. Beberapa sumber untuk menulis antara lain referensi, sosial media (mengobrol dengan pembaca), dan melalui mesin pencari (kata kunci). Tulisan yang banyak di media massa urutan terbanyaknya yaitu fiksi, berikutya opini, dan terakhir fakta. Perbedaan antara tulisan ilmiah (sainstis) dengan tulisan popular (publik) dapat dilihat dari isi tulisannya. Tulisan ilmiah biasanya lebih detail, akurat, impersonal, menggunakan bahasa teknis, keawetan, fakta, banyak angka, being right. Sedangkan tulisan populer (publik) biasanya ringkas, berupa perkiraan, personal, bahasa percakapan, kecepatan, berupa cerita, banyak kata-kata, dan being right now! Menurut Prof. Esti sekarang ini tulisan ilmiah juga mulai menggunakan bahasa publik.

Langkah-langkah untuk membuat tulisan ilmiah dalam bentuk tulisan popular adalah ada ide, kemudian _angle_ (dari sisi mana akan dillihat), membuat _outline_ (merupakan guide agar tulisan tidak melebar kemana-mana), melengkapi bahan, baru menulis, dan menyunting. Untuk menulis ilmiah dalam tulisan popular tetap harus diperhatikan etika yaitu menjunjung tinggi hak, pendapat atau temuan orang lain, dan menyadari sepenuhnya untuk tidak melakukan pelanggaran ilmiah (falsifikasi, fabrikasi, plagiarisme). Untuk mempermudah angle ditulis dalam kalimat tanya apa, siapa, dimana, kapan, mengapa, dan bagaimana (4W +1H). Seluruh isi tulisan harus dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan angle.

Struktur tulisan pada umumnya terdiri dari judul, pembuka/lead, konteks, tubuh tulisan, dan penutup. Untuk memperjelas langkah membuat tulisan, Prof. Esti menampilkan slide bergambar skema tulang ikan _(fish bone)_ Judul, digambarkan sebagai ikan seutuhnya. Lead dan konteks, pada skema adalah bagian kepala ikan. Judul, diusahakan ‘menggoda’. Lead /pembuka dimulai dengan lead yang asyik. Lead ini seperti intro lagu, yang membuat pembaca tertarik dan memutuskan untuk terus membaca. Konteks (bagian mata) adalah penting. Konteks ibarat jembata untuk membuat pembaca meyakini pentingnya tulisan. Dapat juga berupa alasan sesuatu isue ditulis. Ini cukup satu Alinea saja.Tubuh tulisan (tulang belakang) sebagai struktur utama cerita. Data (duri), tersebar di seluruh tubuh tulisan, seperti duri. Data dibuat sederhana (tidak semua data ilmiah dapat disajikan dalam tulisan popular), berhati-hati dengan angka, sisihkan data rumit, dan jangan memakai jargon. Sedangkan penutup, diskemakan sebagai sirip tulang belakang, yang merangsang agar bergerak. Skema tulang ikan ini sangat memudahkan kami memahami cara penulisan.

Di akhir pemaparannya Prof. Esti menyampaikan bahwa untuk membuat tulisan ilmiah yang disajikan dalam tuisan popular tetap beresiko terkait beberapa hal. Oleh karenanya penulis harus memperhatikan isue resiko antara lain pemidanaan, KUHP ( pasal 220, 310-321, dan lain-lain), UU ITE (pasal 27-29, 45, dan lain-lain) SP, etika lembaga, dan serangan digital. Perlu juga memperhatikan kaidah jangan menyudutkan orang lain, kecuali jika hal tersebut merupakan hasil survey/riset, dan tentu saja diperlukan keberanian. Prof. Esti menutup pemaparannya dengan sebuah ungkapan : ‘’Untuk apa teori terus dan latihan terus, jika tanpa berlatih semuanya adalah tidak ada artinya. Beranikan diri untuk mulai menulis, _learning by doing._”

Mengikuti kajian malam itu, saya percaya sahabat IRo banyak yang ‘tercolek’ dan terbangun untuk kembali menulis. Prof. Imam Robandi pernah menyampaikan kepada para santrinya: “Jangan hanya mengatakan saya pernah menulis.” , tetapi katakan : “Saya selalu menulis.” Diskusi malam itu cukup hangat dan semakin mengajak kami untuk selalu menulis. Diskusi malam itu cukup hangat. Beberapa pertanyaan dijawab dengan sangat jelas oleh Prof. Esti. Konklusi disampaikan oleh Ibu Dr. Nida’ul Hidayah dari Bandung. Menulislah, menulislah, dan menulislah agar data yang kita kumpulkan dapat berbicara, berguna, dan tidak hilang sia-sia. Insya Allah.

Cirebon, 11 Oktober 2023