EMPATI, SOPAN, DAN TANGGUNG JAWAB

Ketika bus yang ditumpangi oleh rombongan outing murid SD MPU Colomadu berhenti di POM Bensin Karangpandan, beberapa murid turun untuk ke toilet. Saya pun ikut turun untuk mendampingi mereka. Saat berjalan menuju ke toilet, saya melihat ada seorang nenek pemulung sedang duduk.

Beberapa murid yang sudah selesai membuang air kecil di toilet kembali ke bus dan melewati tempat duduk si nenek. Tiba-tiba ada seorang murid yang memberi uang kepada si nenek. Murid tersebut tampak malu-malu ketika ada seorang guru yang mengapresiasi yang telah dilakukannya.

Mungkin murid yang merasa iba melihat nenek itu ada banyak , tetapi yang langsung bertindak adalah tidak banyak. Apalagi jika mengingat uang saku yang boleh dibawa oleh murid hanya 10 ribu rupiyah. Bukan masalah berapa besar uang yang diberikan, tetapi rasa empati yang dapat mengalahkan kepentingan pribadi.

Keesoksn harinya murid-murid SD MPU masuk seperti biasa. Agenda hari itu adalah upacara memperingati hari pahlawan. Selain upacara ada dua agenda lain yaitu Nobar (nonton bareng) film dan membuat karya Mading.
Makan siang yang biasanya dilakukan setelah sholat dhuhur, hari itu dilakukan sebelum sholat dzuhur yaitu pukul 11.00 WIB.

Murid-murud kekas 4-5 makan di aula, semebtara murid kekas 1-3 makan di ruang kelas masing-masing.Setelah makan siang selesai, saya melihat murid yang kemarin memberi uang seorang nenek itu sedang menyapu aula, mungkin dia piket hari itu. Dia menyapu sambil makan es lilin. Saya mengingatkan agar Dia menghabiskan es Lilinnya dulu baru menyapu.

Dia menjawab menggunakan bahasa Jawa _,inggih_ berhenti menyapu dan kemudian duduk di kursi yang ada di pojok aula. Saya meninggalkan aula untuk suatu keperluan. Beverapa menit kemudian, saat saya kembali ke aula, murid kelas satu sudah bersikap di aula untuk sholat dzuhur. Ada murid yang menunjuk bagian lantai yang masih kotor dan basah kena tumpahan kuah sayur.

Sejenak saya merasa kecewa terhadap murid tadi, kenapa tidak melanjutkan menyapu setelah es lilinya habis. Kekecewaan saya tidak berlangsung lama, namun berganti dengan rasa bersalah dan menyesal karena telah berprasangka buruk kepada murid tersebut. Dengan terburu-buru murid tadi datang membawa pengepel lantai dan segera mengepel lantai yang basah tersebut. Saya tidak dapat berkata apa-apa lagi.

——–
Tri Mulyani

Colomadu, 17 Rabiul Awal 1444
12 Nopember 2022

#anak sholeh
#sdmpucolomadu
#adapkarakter
#sopan
#empati
#tanggungjawab