Pada sebuah malam, di depan sebuah masjid ada seorang bapak tampak sedang berbincang dengan seorang anak muda. Masjid itu berada di kompleks sebuah rumah sakit pemerintah terbesar di sebuah kota. Seorang ibu yang merupakan ibu dari anak muda tersebut datang dan menyapa si bapak, menanya siapa yang sakit dan berasal dari mana.

Bapak tersebut berasal dari Salatiga. Dia berada di rumah sakit tersebut menunggu istrinya yang sakit. Proses penyembuhan penyakit istrinya harus melalui tindakan operasi. Bapak tersebut mengeluh, dia sangat bosan berada di rumah sakit, sudah dua pekan lamanya dia menunggu antrian tindakan operasi. Dia juga menceritakan ketidaknyamanannya berada di sebuah kamar yang diisi oleh 5 pasien dengan.penyakit yang berbeda-beda dan sekat antar pasien hanya berupa gordyn.

Perawatan istri dari bapak tersebut menggunakan fasiitas BPJS Mandiri Kelas 3, artinya setiap bulan bapak tersebut membayar iuran yang besarannya telah ditentukan oleh BPJS untuk pelayanan kesehatan kelas 3. Bapak tersebut bercerita bahwa ada pasien lain yang sudah berada di rumah sakit selama satu bulan dan belum ada kejelasan kapan tindakan operasi akan dilakukan. Pasien tersebut menggunakan Fasilitas BPJS PBI, tidak membayar iuran setiap bulan.

Ibu dari anak muda merasa prihatin mendengar cerita bapak dari Salatiga tersebut. Ibu itu tersenyum kecut, dalam hati dia membenarkan sebuah parodi yang dicetuskan oleh anak-anak muda kreatif, orang miskin dilarang sakit. Sebuah ungkapan untuk mengekspresikan bahwa biaya kesehatan adalah sangat mahal.
——
Tri Mulyani
Boyolali, 9 Mei 2024